Setiap kali marah akan aku matikan ponselku,
Sambil sesekali menghidupkanya kembali untuk mengintip.
Sudah berapa banyak panggilan tak terjawab darimu?
Berapa banyak pesan yang kau kirim?
Jika banyak aku tenang, tapi kalau sedikit aku semakin marah
ditambah gelisah,
Tanpa menghiraukan kacau-nya hatimu saat itu.
Tetap berlagak angkuh seolah tak mau tahu karena marah.
Yang aku tahu aku sedang marah karena kamu tak mengindahkan
keinginanku,
Sampai batas waktu yang tidak ditentukan, sampai akhirnya
kamu tunjukan kenekatanmu.
Kamu nekat, aku semakin marah, kesal, dan iba.
Akhirnya memilih damai karena terpaksa.
Tapi tidak sekali juga aku membiarkan kenekatanmu, tanpa
ampun, tanpa belas kasih.
Selalu seperti itu, berulang-ulang, dan bertahan.
Terkadang pasrah, ingin menyerah saja, tapi selalu saja ada
jalan untuk damai.
Intinya harus ada yang mengalah, memperkuat, dan saling
menyadari.
Maafkan, dari aku yang egois.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar